Kamis, 13 Oktober 2016

Modified Atmosphere Packaging


Modified Atmosphere Packaging  (MAP)
Industri pertanian pangan telah mengalami perubahan besar selama abad ke-20. Awal dalam upaya abad terkonsentrasi pada cara untuk menemukan dan meningkatkan produksi pertanian untuk sumber pangan populasi yang semakin tumbuh pesat di dunia. Tidak banyak orang meramalkan efektivitas serangan dua arah pada masalah dipasang oleh para ilmuwan, birokrat dan politisi di seluruh dunia. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata dalam 30 tahun terakhir telah 1,7%, sehingga menimbulkan populasi dunia saat ini sekitar 6 miliar. Angka ini diperkirakan akan turun menjadi 1,1% selama 30 tahun ke depan, sehingga meningkatkan populasi dunia menjadi 8,3 miliar pada tahun 2030.

Pemerintah harus mensubsidi industri pertanian mereka untuk membuat mereka kompetitif secara global. Pesatnya laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mendorong peningkatan produksi pangan terjadi sebagian besar pada paruh kedua abad ke-20. Misal nya Modified atmosphere packaging  (MAP) atau modifikasi suasana kemasan.

Modifikasi atmosfer merupakan proses penanganan pasca panen yang tergolong alamiah dan bebas bahan kimia serta memiliki prosedur yang lebih mudah dan memungkinkan untuk dilakukan dimana saja karena hanya menggunakan peralatan yang sederhana.

Fungsi modified atmosphere packaging dalam pengawetan produk pertanian sendiri adalah melindungi produk dari kerusakan fisik, perubahan-perubahan kemis, dan kontaminasi mikrobial. Jadi MPA mempertahankan,  memperpanjang masa simpan,  kualitas produk. Bahan-bahan pengepak disesuaikan dengan tujuan pengepakan, tipe produk, misalnya produk segar, beku, dan lain-lain. Pengemasan akan melindungi produk selama penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Persyaratan pengemasan berhubungan dengan transmisi oksigen, kadar uap air, kelenturan, kekuatan, ketahanan , kedap lemak , minyak, temperatur, kelembaban, dan tipe produk.

            MAP merupakan salah satu metode untuk mengurangi laju respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur agar tidak cepat rusak  antar lain yaitu dengan cara modifikasi atmosfer melalui pengemasan. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguán fisik. Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dalam segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli selain sebagai alat untuk menunda kematangan dan kerusakan buah.

 Keselamatan dan rusak nya sebuah produk makanan adalah dua masalah yang paling penting dalam setiap produk makanan. Keselamatan ditentukan terutama oleh kehadiran patogen atau bahan kimia beracun dalam makanan. Rusaknya disebabkan oleh degradasi mikroba, aktivitas enzimatik atau reaksi kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan dalam sifat sensorik, fisik dan gizi produk. Makanan bervariasi dalam rusaknya, tergantung pada komposisi nya dan bagaimana makanan tersebut diproses, dikemas dan disimpan. Tujuan utama dari teknologi MAP adalah untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dengan memperlambat tarif makanan dari pembusukan, tetap menjaga keselamatan makanan dan kualitas umum. Oleh karena itu, dalam merancang sebuah rezim MAP untuk produk apapun, faktor yang perlu dikontrol adalah mikroba, fisiologis, kimia dan perubahan fisik.

Pada mikroba faktor tingkat perkembangan nya pada makanan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pH, aw, potensial redoks (rh), komposisi, karakteristik fisik, suhu, kemasan, kehadiran pengawet dan mikroflora kompetitif dalam produk, dan lain-lain, faktor-faktor ini merupakan suatu rintangan yang harusdipertimbangkan, yang dapat diterapkan secara individu atau dalam kombinasi untuk produk makanan guna menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga memperpanjang umur simpan (Leistner dan Gorris, 1995).

Tidak adanya O2 di atmosfer  tentu saja akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik. Penghapusan O2 dapat digunakan secara efektif untuk mengontrol aerob berkewajiban, seperti cetakan. Hal ini ditunjukkan oleh Smith et al. (1986), yang menggunakan scavenger O2, Ageless, untuk mengontrol masalah cetakan pada produk panggang. Sayangnya, suasana anaerobik juga nikmat pertumbuhan dan racun produksi C. botulinum (O'Connor-Shaw dan Reyes, 2000). Ini telah dibuktikan dalam sebuah penelitian tantangan yang bahkan produk tradisional tidak dikenal untuk masalah botulinal seperti crumpets dapat mempertahankan pertumbuhan dan racun produksi jika spora C. botulinum yang hadir (Daifas et al., 1999). Atmosfer anaerobik harus digunakan dengan sangat hati-hati dalam produk MAP. rintangan lainnya, seperti pH, pengawet, dan suhu rendah, juga harus diterapkan untuk menghambat pembentuk spora anaerobik dan patogen lainnya (Dufresne et al., 2000). program jaminan kualitas, seperti Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), perlu prasyarat dalam pembuatan produk MAP.

Dampak modifikasi atmosfer gas salah satu nya ialah mengurangi reaksi oksidasi, sehingga menunda reaksi oksidatif atau menghambat pertumbuhan aerob. Oleh karena itu, digunakan terutama untuk menggantikan O2 di ruang atas, atau sebagai gas pengisi untuk mencegah runtuhnya paket ketika konsentrasi CO2 tinggi digunakan (Church, 1994). Ooraikul (1991) melaporkan bahwa gulungan berkerak dikemas dalam 100% N2 memiliki kehidupan rak cetakan gratis di suhu sekitar 9 ± 11 hari dibandingkan dengan 5 ± 6 hari ketika dikemas dalam udara atau 16 ± 18 hari saat dikemas dalam 60% CO2 dan 40% N2.


Selasa, 30 Agustus 2016

Peran ASI sebagai Imunitas Bayi

Peran ASI sebagai Imunitas Bayi

ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Penelitian telah membuktikan bahwa ASI memiliki banyak manfaat penting bagi bayi, salah satunya adalah peran ASI untuk mengoptimalkan imunitas bayi. ASI merupakan makanan terbaik bayi untuk 4-6 bulan pertama sejak dilahirkan karena dapat mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi (Anwar, 1992). Berbagai telaah ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap komposisi ASI dan pengaruhnya terhadap kesehatan bayi. Pesan yang dapat disampaikan adalah ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit (pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi).
Mengapa harus ASI.? Ini merupakan sebuah pertanyaan yang terjadi di masyarakat umum yang sering terdengar di telinga kita, adapun beberapa manfaat ASI sebagai berikut, ASI merupakan sistem imunisasi yang sangat baik karena kandungan susu ibu yang mempunyai antibody & vaksin yang baik untuk bayi nya. Sejenis kolestrol dan jenis lemak lain di dalam susu ibu membantu pertumbuhan tisu saraf yang membuat tinggi IQ pada bayi. Bayi yang menyusui susu ibu mempunyai rendah kolestrol serta mengurangi kadar penyakit diabetes apabila dewasa kelak. Kadar degupan jantung juga lebih rendah pada bayi yang menyusu susu ibu & mengurangkan kadar serangan jantung, perkembangan otot pada muka pun menjadi lebih baik.
Air susu ibu sering disebut sebagai darah putih karena mengandung sel-sel yang penting dalam pemusnahan (fagosit) kuman dan merupakan perlindungan pertama pada saluran cerna bayi. Para ahli menemukan makrofag dan limfosit di dalam ASI. Sama seperti sistim imun pada umumnya, ASI juga memiliki sistim pertahanan (sistem imun) tidak spesifik dan spesifik.
Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama menyusui. Kolostrum dan ASI dini mengandung 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan menyusui, jumlah sel ini menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari monosit/makrofag (59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-13%) ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam ASI seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain), dan protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, enzim-enzim, dan antioksidan.
Kolostrum mengandung sIgA dengan kadar sampai 5000 mg/dL yang cukup untuk melapisi permukaan saluran cerna bayi terhadap berbagai bakteri patogen dan virus. Begitu pula dengan antibodi lainnya, paling banyak terdapat dalam kolostrum. Selain itu, terdapat lebih dari 50 proses pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan perbaikan jaringan.  Perbedaan usia ibu mempunyai pengaruh terhadap kadar antibodi yang terkandung dalam kolostrum. Ibu yang masih remaja, kolostrumnya memiliki kadar IgA dan IgM sekretorik lebih banyak dibanding ibu yang usianya lebih tua.
 Adanya kadar antibodi yang masih tinggi terhadap virus polio dalam kolostrum perlu dipertimbangkan pada pemberian imunisasi polio per oral. Pada keadaan ini sebaiknya ASI tidak diberikan 2 jam sebelum dan sesudah pemberian vaksin polio per oral pertama, agar tidak terjadi netralisasi vaksin polio oleh sIgA kolostrum.
Imunoglobulin A banyak ditemukan pada permukaan saluran cerna dan saluran napas. Dua molekul imunoglobulin A bergabung komponen sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA). Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding saluran cerna dan menghambat perkembangbiakan kuman di dalam saluran cerna. IgA sekretori di dalam ASI dilaporkan memiliki aktivitas antibodi terhadap virus (polio, Rotavirus, echo, coxsackie, influenza, Haemophilus influenzae, virus respiratori sinsisial/RSV), bakteri (Streptococcus pneumoniae; E. coli, klebsiela, shigela, salmonela, campylobacter), dan enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio cholerae, E. coli serta Giardia lamblia.  Begitu pula terhadap protein makanan seperti susu sapi dan kedelai (bergantung pada pajanan ibunya). Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi angka kesakitan infeksi saluran cerna dan saluran pernapasan bagian atas.
Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh limfosit T dan antibodi. Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E. Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya. Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel limfosit B.  Sel limfosit B terutama memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung. Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio, bila  ibu sudah pernah terpajan sebelumnya. Imunoglobulin G IgG) dimiliki oleh bayi dari transfer melalui plasenta. Imunoglobulin D hanya sedikit sekali ditemukan dalam ASI, sedangkan IgE tidak ada. Kadar sIgA, IgG, dan IgM, tidak dipengarui oleh usia ibu, jumlah anak yang pernah dilahirkan, dan usia kehamilan.
ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein mengakibatkan makin sedikit vitamin B12 yang digunakan oleh bakteri patogen..     Air susu ibu juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang berfungsi menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna bayi, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen. pada mukosa saluran cerna. Gabungan makronutrien ini juga berfungsi mengikat racun kuman (toksin).  Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α dan karotin-β merupakan faktor anti peradangan. Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus (faktor antistafilokok) dan komponen yang menyerupai gangliosida yang dapat menghambat bakteri E. Coli.
Mukosa saluran cerna bayi menunjukkan kemampuan serap yang tinggi terhadap molekul besar seperti protein utuh (misalnya protein susu sapi). Pada bayi yang memiliki risiko tinggi alergi, maka masuknya molekul besar ini menjadi proses pengenalan pertama dari alergen (molekul penyebab reaksi alergi). Paparan molekul yang sama selanjutnya akan menyebabkan timbulnya gejala penyakit alergi seperti gejala saluran cerna, eksema dan asma.
Pada beberapa penelitian memperlihatkan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan berhubungan dengan rendahnya kejadian penyakit alergi. Penelitian yang dilakukan di Australia pada 2187 anak selama 6 tahun menyimpulkan bahwa risiko terjadinya asma berkurang pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Penelitian lain menunjukkan adanya antibodi terhadap protein susu sapi pada bayi yang mengalami diare akut.
Penyimpanan ASI yang diperah memiliki risiko menurunnya kadar kandungan kekebalan. Penyimpanan dmemakai bahan dari gelas merupakan pilihan ideal karena sifat gelas yang inert akan membuat komponen imunoglobulin dan komponen lain tidak akan menempel pada dinding wadah penyimpan. ASI dapat disimpan tanpa perubahan di dalam lemari pendingin selama 72 jam. Pembekuan dapat mengurangi kemampuan aktivitas sel imun, sedangkan perebusan / pemanasan dapat menurunkan efek IgA dan IgA sekretorik.
Perlu penyuluhan yang intensif tentang pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sampai umur 4 bulan melalui komunikasi langsung oleh petugas-petugas kesehatan, mahasiswa kesehatan, bidan, kader posyandu dan dalam pertemuan kelompok ibu-ibu tentang ASI eksklusif. Untuk penelitian lanjut, disarankan penelitian mengenai faktor–faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif dan faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-4 bulan.
Hingga usia 1 tahun, susu (ASI atau Air Susu Ibu) merupakan makanan utama bayi. Hanya saja, diatas usia 6 bulan, susu tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya. Jadi, mau tidak mau harus dilengkapi dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Agar kebutuhan susu bayi Anda tidak berkurang seiring dengan dimulainya pemberian MPASI, buat saja menu makanan yang dicampur dengan ASI atau susu. Di usia 7 bulan, tekstur makanan harus lembut. Pilih bahan dasar bubur, yakni beras, kentang, labu kuning, ubi cilembu, oatmeal, kukus apel atau pir, mangga, alpukat, jagung, brokoli, kacang hijau, dan lainnya. Setelah dilembutkan, masukkan ASI atau susu. Meski sudah mengonsumsi MPASI, asupan susunya harus tetap terjaga. Sebenarnya, tidak ada patokan baku berapa banyak susu yang dibutuhkanu. Sekitar 700 – 800cc (termasuk yang dimasukkan ke makanan, dengan asumsi makan 2 – 3 kali sehari) sudah cukup. Atau, Anda bisa menyiasatinya dengan cara memberinya minuman, berupa ASI atau susu, ketika anak makan. Agar asupan ASI tetap mencukupi kebutuhan bayi, pastikan MPASI tidak terlalu banyak dan sering.    


                                                    Daftar Pustaka :    

Selasa, 16 Agustus 2016

Uji Duo Trio

Uji Duo Trio

Uji duo-trio di dalam industri pangan dapat digunakan salah satu nya adalah untuk reformulasi suatu produk baru, sehingga dapat di ketahui ada atau tidaknya perbedaan antara produk lama dan produk baru. Kelemahan uji duo-trio adalah sulit nya mendiskrpsikan sampel yang sama dengan pembanding karena praktikan akan sulit untuk mengingat secara detail bahan yang sedang dianalisis, biasa nya uji ini dapat dilakukan dengan mudah oleh seseorang yang memiliki daya ingat yang tinggi. Uji duo-trio pun digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan.

Uji duo-trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara duo produk dari komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen (Soekarto, 1985).

Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah satu uji pembeda.Uji pembeda ini biasanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel yang disajikan. Pada duo-trio ini digunakan sampel pembanding. (Kartika,dkk.,1987).

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan di dalam suatu criteria mutu tertentu antara produk uji dan pembanding. Uji duo-trio merupakan bagian dari uji pembanding yang digunakan untuk menilai atau menstandarisasi suatu produk bahan baku apakah masih dalam yang baik atau tidak. Uji duo-trio dapat dikatakan mirip seperti uji segitiga yaitu dengan memberi penilaian “1” jika produk yang dirasa oleh panelis berbeda, dan angka “0” jika produk yang dirasa oleh panelis sama. Hanya saja pada uji ini penguji memberitahu 1 pembanding (reference), barulah kemudian dapat dibandingkan dengan kedua contoh lain yang disajikan. Walau begitu, keseragaman contoh tetap harus diperhatikan oleh penguji. Atribut mutu yang dinilai harus berkenaan langsung dengan mutu contoh.

Perbedaannya dengan uji segitiga adalah bahwa salah satu dari 2 contoh yang sama itu dicicip atau dikenali lebih dahulu dan dianggap sebagai contoh baku / pembanding, sedangkan kedua contoh yang lain baru kemudian. Dalam penyajiaannya, ketiga contoh dapat disajikan bersamaan, atau contoh pembandingnya disajikan lebih dahulu baru kedua contoh yang lain disajikan. Pada pelaksanaannya, panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh terakhir yang sama dengan pembanding.

Metode analisis yang digunakan untuk uji duo-trio ini ialah uji t dari data jumlah, uji t dari data peluang, analisis data dari tabel dan analisis beda dua populasi. Pada cara analisis metode tabel dengan melihat tabel beda nyata terkecil untuk uji duo-trio didapatkan hasil pada uji duo-trio, setiap panelis disajikan 3 contoh (2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan yang lain). 

Cara Penilaian pada uji duo-trio yaitu panelis diminta untuk mengenali contoh yang berbeda atau contoh yang sama dengan contoh baku. Panelis harus mengenal contoh baku terlebih dahulu dan kemudian memilih salah satu dari dua contoh yang lain yang sama dengan contoh baku dan ditandai dengan angka 0.(Rahayu, 2001)

Contoh pada uji duo-trio :
pada pengujian duo-trio kali ini menggunakan sampel pisang mentah dan pisang masak, dengan kode sampel 481 dan 523, salah satu sampel memiliki tekstur yang keras, yaitu pada kode 481 yang sama dengan kontrol.

Dari hasil pengujian pembedaan duo-trio ini, diperoleh data keseluruhan panelis terpilih, karena hasil jawaban pada kode 481 sama dengan kontrol ( R ) yaitu memiliki tekstur keras. Pengujian duo-trio ini, menilai  sampel pisang yaitu 17 panelis , dan yang menjawab benar ( dihitung ) yaitu 17 panelis. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada konsentrasi 5 % dengan jumlah panelis 17 yaitu 13. 
Maka dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini karena nilai yang dihitung lebih besar dari tabel. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada konsentrasi 1 % dengan jumlah panelis 17 yaitu 15. Maka dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini karena nilai yang dihitung lebih besar dari tabel. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada konsentrasi 0,1 % dengan jumlah panelis 17 yaitu 16. Maka dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini karena nilai yang dihitung lebih besar dari tabel.

Kondisi ini juga mungkin disebabkan karena panelis berkonsentrasi penuh pada saat melakukan pengujian tersebut. Keadaan fisik dan psikologis panelis yang baik mempengaruhi keberhasilan panelis dalam memberikan respon benar terhadap benda rangsang.( Kartika,dkk.,1987 ).

Daftar Pustaka 

Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono,W, (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan, PusatAntar Universitas Pangan danGizi, Yogyakarta.
Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) Dalam industri Pangan. EbookPangan.com, 2006
Rahayu, W.O. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian, ITB. Bogor.
Soekarto, Soewarno. 1985. penilaian organoleptik. PT. Bhratara Karya Aksara :Jakarta.







Selasa, 23 Februari 2016

Kenanglah Aku



KENANGLAH AKU

Berikan senyum yang indah untuk diriku

Tak perlu kau berikan yang lain

Nyanyikan lagu yang indah untuk diriku

Tak perlu kau berikan yang lain

Disaat…

Kau jauh

Ku kan slalu ada untuk dirimu

Disaat….

Derita hampiri mu kukan slalu ada di dekat mu…

Kenang aku walau jauh

Kenang aku di hatimu

Kukan slalu ada untuk dirimu

Do’akanlah diri ini

Tuk tetap bisa bertahan

Sampai akhir ku kembali


Rabu, 03 Februari 2016

Antropometri Gizi

Antropometri Gizi

LEMAK TUBUH


Penilaian status gizi merupakan upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia, dan klinik. Kali ini saya akan membahs tentang penilaian antropometri gizi. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Antropometri terbagi menjadi 2 Jenis, yaitu :
  •  Pengukuran Antropometri ukuran tubuh (body size) meliputi Lingkar Kepala, Umur Kehamilan, Panjang badan (<2 tahun), Tinggi badan, Tinggi lutut pada anak-anak, Tinggi lutut pada bayi, Tinggi lutut pada orang dewasa, Rentang Lengan, Berat Badan Bayi & Balita, Berat badan Anak dan Dewasa, Lebar sik.
  • Pengukuran  Antropometri komposisi tubuh (body composition) yaitu Lemak tubuh dan Masa tubuh bebas lemak.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam artikel ini saya akan membahas lebih dalam tentang pengukuran antropometri komposisi tubuh (body composition) yang mengenai Lemak Tubuh.


Tebal Lemak (skinfold)
 Kandungan lemak setiap individu antara satu dan lainnya berbeda, meskipun dengan jenis kelamin, berat dan tinggi badan yang sama sekalipun. Rata-rata kandungan lemak perempuan lebih tinggi (26,9% dari total tubuh) dibandingkan dengan laki-laki (14,7% dari total tubuh).
Lokasi Lemak
Laki-Laki (kg)
Perempuan (kg)
Lemak essensial (lipid dalam sum-sum tulang, sistem saraf pusat, kelenjar mamae, dan organ lainnya)
2,1

4,9

Simpanan lemak :
 Subkutan
  Intermuskular
  Intramuscular
  lemak torak dan perut

8,2
3,1
3,3
0,8
1,0
10,4
5,1
3,5
0,6
1,2
Total lemak
10,5
15,3
Berat badan
70,0
56,8
Persentasi lemak
14,7
26,9

Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk menilai status gizi. Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal nya pada bagian lengan atas (tricepsdan biceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailika, paha, tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medical calf).
o   Tebal lemak trisep diukur tepat pada bagian belakang tengah lengan atas.
o   Tebal lemak bisep diukur dengan mengukur ketebalan lemak secara vertikal dari bagian depan lengan atas yang tingginya titiknya sama dengan pengukuran tebal lemak trisep.
o   Tebal lemak subscapular diukur dibawah dan secara menyamping dari sudut bahu, dengan bahu dan lengan relaks. Pengukur memposisikan lengan subjek dibelakang agar mudah dalam mengidentifikasi sudut bahu yang diinginkan (bawah scapula). Sudut pengambilan tebal lemak seharusnya 450 dari garis horizontal.
o   Tebal lemak suprailiac diukur pada garis tengah axillary dekat dengan puncak illiac. Tebal lemak ditarik secara miring dari posterior ke garis tengah axillary dan sejajar dengan arah lipatan kulit lainnya.
o   Midaxillary skinfold diukur secara horizontal pada garus tengah axillary di ketinggian xiphoid process.

     
            
      Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria 3,1 kg dan wanita 5,1 kg. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.
           

 Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:
       Laki-laki 18-27 tahun
            Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
         % BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
      Wanita 18-23 tahun
             Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
     % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
      Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi
Laki-laki
Wanita
Lean
< 8 %
< 13 %
Optimal
8 – 15 %
14 – 23 %
Slightly overfat
16 – 20 %
24 – 27 %
Fat
21 – 24 %
28 – 32 %

Obesitas
 25 %
 33 %
       

Cara Pengukuran Tebal Lipatan Lemak Bawah Kulit (skinfold)
              

Pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit (skinfold) dan persentase lemak dapat dilakukan dengan menggunakan alat skinfold caliper dengan satuan millimeter. Pengukuran dapat dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali pada masing-masing pengukuran. Subjek yang diukur harus dalam keadaan relaksasi dan tegak. Untuk memperoleh hasil yang akurat pada pengukuran tebal kulit dibutuhkan keterampilan yang baik agar dalam pengukuran tidak terdapat kesalahan yang signifikan. Untuk mendapatkan keakuratan tersebut perlu diperhatikan
langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:
- Pakaian tidak perlu dibuka (cukup menyingsingkan pakaian pada bagian yang akan diukur)
- Mengangkat dan memegang lipatan bawah kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian menempatkan skinfold caliper diantara lipatan lemak bawah kulit sekitar ¼ sampai ½ inchi dari jari yang memegang lipatan.
- Ketika dilakukan pengukuran, jari tetap memegang lipatan lemak. Jadi skinfold caliper tidak digunakan untuk menahan sekaligus mengukur tebal kulit melainkan hanya untuk mengukur tebal lipatan kulit.
- Untuk memperoleh hasil yang akurat, dapat dilakukan pada dua atau tiga tempat yang kemudian diambil hasil rata-rata dari pengukuran.

Cara pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit (skinfold) pada tiap-tiap bagian adalah sebagai berikut:
- Bagian trisep
a) Memberikan tanda pada bagian trisep antara siku sampai dengan bagian ujung bahu.
b) Mengangkat lipatan lemak dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri.
c) Memasukan lipatan lemak kulit pada rahang caliper, kemudian menandai lemak antara rahang caliper.
d) Melepaskan ibu jari dari caliper sehingga ujung caliper memiliki tenaga penuh pada lipatan lemak kulit. Membaca segera setelah alat pertama kali dilepaskan.
e) Untuk memperoleh data yang akurat dapat dilakukan pengukuran pada dua sampai tiga bagian kemudian dihitung pengukuran rata-rata.

- Bagian Bisep
a) Memberikan tanda pada otot bisep ketika fleksi. Lengan yang akan dilakukan pengukaran harus relaksasi dan berada dalam posisi tegak lurus.
b) Mengambil tebal lipatan lemak kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk.
c) Kemudian melanjutkan langkah 3, 4, dan 5 pada langkah pengukuran bagian trisep.

- Bagian Subskapula
Letaknya sekitar 45 derajat dibawah ujung tulang belikat
a) Mengambil tebal lipatan lemak kulit dibawah tulang belikat.
b) Memberikan tanda pada tengah-tengah lipatan sambil memegang lipatan lemak sekitar 1 inchi dari tanda yang sudah diberikan. Kemudian melanjutkan langkah 3, 4, dan 5 pada langkah pengukuran trisap.

- Bagian suprailiaka
Terletak di atas puncak iliaka pada garis mid axial (sekitar 2,5 cm di atas pinggul)
a) Mengambil skinfold mengikuti lipatan dari kulit.
b) Memberikan tanda pada tengah-tengah lipatan. Memegang lipatan sekitar ¼ sampai ½ inchi dari tanda yang sudah diberkan. Kemudian langkah 3, 4, dan 5 sama dengan langkah pada pengukuran trisep.

- Abdomen
Arah cubitan vertical dengan jarak 5 cm dari umbilicus (setinggi umbilicus)

- Krista iliaka
Cubitan dilakukan pada crista illiaka. Subjek berdiri dengan salah satu lengan kanan abduksi 90º. Kemudian jari pemeriksa meraba bagian crista iliaca serta meraba seluruh permukaan
crista iliaca. Lipatan dilakukan pada posisi miring ke depan dengan sudut kurang lebih 45º terhadap garis horizontal.

Bioelctrical Impedance Analysis
Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) adalah metode non invasive dalam mengevaluasi komposisi tubuh secara sederhana, aman, murah, mudah digunakan dan hasilnya segera didapat dengan tingkat kesalahan dibawah 1%.
           



Selain mengukur komposisi tubuh, BIA juga dapat digunakan untuk menentukan status nutrisi.
Parameter BIA yang digunakan untuk menilai status volume cairan tubuh adalah Total Body Water (TBW), Extracellular Water (ECW), Intracellular Water (ICW). Sedangkan untuk menilai setatus nutrisi adalah Body Cell Mass (BCM), Fat Free Mass (FFM), Total Protein. Nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, index masa tubuh (IMT) dan juga umur. Sehingga pengukuran beberapa parameter BIA lebih baik jika nilai standar BIA yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama baik dari segi jenis kelamin, ras atau etnik, IMT maupun umur. Validasi nilai standar BIA dapat mengurangi beberapa kesalahan oleh karena adanya perbedaan komposisi cairan tubuh berdasarkan jenis kelamin serta adanya perbedaan pola distribusi lemak, panjang kaki dan lengan antar kelompok etnik yang akan memengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA.













Daftar Pustaka :
Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin
Supariasa ,D,.N , Bakri , B., Fajar ,I . (2001) Penilaian Status Gizi   . Jakarta .EGC
GMSK-IPB .(1995) Prinsip dan Petunjuk Penilaian Status Gizi. Bogor .GMSK-IPB