Uji duo-trio di dalam industri pangan dapat digunakan salah satu nya adalah untuk reformulasi suatu produk baru, sehingga dapat di ketahui ada atau tidaknya perbedaan antara produk lama dan produk baru. Kelemahan uji duo-trio adalah sulit nya mendiskrpsikan sampel yang sama dengan pembanding karena praktikan akan sulit untuk mengingat secara detail bahan yang sedang dianalisis, biasa nya uji ini dapat dilakukan dengan mudah oleh seseorang yang memiliki daya ingat yang tinggi. Uji duo-trio pun digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan.
Uji duo-trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara duo produk dari komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen (Soekarto, 1985).
Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang
tingkat perbedaannya hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan
sifat-sifat hasil yang diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji
duo-trio merupakan salah satu uji pembeda.Uji pembeda ini biasanya
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel yang disajikan.
Pada duo-trio ini digunakan sampel pembanding. (Kartika,dkk.,1987).
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan di dalam suatu criteria mutu tertentu antara produk uji dan pembanding. Uji duo-trio merupakan bagian dari uji pembanding yang digunakan untuk menilai atau menstandarisasi suatu produk bahan baku apakah masih dalam yang baik atau tidak. Uji duo-trio dapat dikatakan mirip seperti uji segitiga yaitu dengan memberi penilaian “1” jika produk yang dirasa oleh panelis berbeda, dan angka “0” jika produk yang dirasa oleh panelis sama. Hanya saja pada uji ini penguji memberitahu 1 pembanding (reference), barulah kemudian dapat dibandingkan dengan kedua contoh lain yang disajikan. Walau begitu, keseragaman contoh tetap harus diperhatikan oleh penguji. Atribut mutu yang dinilai harus berkenaan langsung dengan mutu contoh.
Perbedaannya dengan uji segitiga adalah bahwa salah satu dari 2 contoh yang sama itu dicicip atau dikenali lebih dahulu dan dianggap sebagai contoh baku / pembanding, sedangkan kedua contoh yang lain baru kemudian. Dalam penyajiaannya, ketiga contoh dapat disajikan bersamaan, atau contoh pembandingnya disajikan lebih dahulu baru kedua contoh yang lain disajikan. Pada pelaksanaannya, panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh terakhir yang sama dengan pembanding.
Metode analisis yang digunakan untuk uji duo-trio ini ialah
uji t dari data jumlah, uji t dari data peluang, analisis data dari tabel dan
analisis beda dua populasi. Pada cara analisis metode tabel dengan melihat
tabel beda nyata terkecil untuk uji duo-trio didapatkan hasil pada uji duo-trio, setiap panelis disajikan 3 contoh (2
contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan yang lain).
Cara Penilaian pada uji duo-trio yaitu panelis diminta untuk
mengenali contoh yang berbeda atau contoh yang sama dengan contoh baku. Panelis
harus mengenal contoh baku terlebih dahulu dan kemudian memilih salah satu dari
dua contoh yang lain yang sama dengan contoh baku dan ditandai dengan angka
0.(Rahayu, 2001)
Contoh pada uji duo-trio :
pada pengujian duo-trio kali ini menggunakan sampel pisang mentah dan pisang masak, dengan kode sampel 481 dan 523, salah satu sampel memiliki tekstur yang keras, yaitu pada kode 481 yang sama dengan kontrol.
Dari hasil pengujian pembedaan duo-trio ini, diperoleh data
keseluruhan panelis terpilih, karena hasil jawaban pada kode 481 sama dengan kontrol
( R ) yaitu memiliki tekstur keras. Pengujian duo-trio ini, menilai sampel pisang yaitu 17 panelis , dan yang
menjawab benar ( dihitung ) yaitu 17 panelis. Berdasarkan dari tabel
perhitungan, pada konsentrasi 5 % dengan jumlah panelis 17 yaitu 13.
Maka
dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini karena nilai yang dihitung lebih besar dari
tabel. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada konsentrasi 1 % dengan jumlah
panelis 17 yaitu 15. Maka dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini karena nilai yang
dihitung lebih besar dari tabel. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada
konsentrasi 0,1 % dengan jumlah panelis 17 yaitu 16. Maka dianggap Beda Nyata (
BN ), hal ini karena nilai yang dihitung lebih besar dari tabel.
Kondisi ini juga mungkin disebabkan karena panelis berkonsentrasi
penuh pada saat melakukan pengujian tersebut. Keadaan fisik dan psikologis
panelis yang baik mempengaruhi keberhasilan panelis dalam memberikan respon
benar terhadap benda rangsang.( Kartika,dkk.,1987 ).
Daftar Pustaka
Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono,W, (1987), Pedoman Uji
Inderawi Bahan Pangan, PusatAntar Universitas Pangan danGizi, Yogyakarta.
Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) Dalam industri Pangan. EbookPangan.com, 2006
Rahayu, W.O. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian
Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian,
ITB. Bogor.
Soekarto, Soewarno. 1985. penilaian organoleptik. PT.
Bhratara Karya Aksara :Jakarta.
daebaak
BalasHapus